Herawati Sudoyo - Dokter, Peneliti, dan Penganalisa DNA Forensik

Gambaran tiga dimensi DNA
Gambaran tiga dimensi DNA
dr. Herawati Sudoyo, M.S., Ph.D. adalah seorang ilmuwan Indonesia, Dokter, Peneliti, dan Penganalisa DNA Forensik. Ia adalah alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ia menerima Habibie Award 2008 atau Anugerah Habibie, penghargaan bagi para tokoh yang membuat terobosan dalam ilmu pengetahuan. Ia dinilai telah meletakkan dasar pemeriksaan DNA forensik untuk identifikasi pelaku bom bunuh diri.

Herawati Sudoyo lahir pada 2 November 1951 di Kediri. Ayahnya adalah seorang tentara dan ibunya adalah mahasiswi jurusan hukum ketika menikah dengan ayahnya.  Sejak kecil ia bercita-cita ingin menjjadi arsitek. Sayangnya ia terhambat masalah administrasi ketika akan mendaftar ke Institut Teknologi Bandung dan akhirnya mendaftar ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Akan tetapi ketertarikannya pada bidang interior masih tampak dari caranya menata ruang kerjanya di Lembaga Biologi Molekul Eijikman.

Herawati Sudoyo menikah dan memiliki dua orang anak.


Penelitian

Teknik Analisis DNA

Metode Hera berawal dari ledakan bom bunuh diri di depan Kedutaan Besar Australia atau Bom Kedubes Australia 2004, pada tanggal 9 September 2004. Saat itu pihak Polri ditantang untuk segera mengidentifikasi pelaku dan mengungkap kelompok di baliknya. Kejadian itu menewaskan 10 korban dan mencederai lebih dari 180 orang. Mobil boks yang mengangkut bom hancur total dan tak ada bagian tubuh yang memungkinkan untuk diidentifikasi dengan metode konvensional, seperti sidik jari, profil gigi, apalagi pengenalan wajah. Persoalan berikutnya, bagaimana menentukan mana pelaku dan mana korban? Solusi persoalan pertama adalah identifikasi DNA.

Singkatan dari deoxyribonucleic acid, DNA adalah rantai informasi genetik yang diturunkan. DNA inti mengandung informasi dari orangtua: ayah dan ibu. Persoalan kedua diatasi dengan mengembangkan strategi pengumpulan dan pemeriksaan serpihan tubuh berbasis prediksi trajektori ledakan bom dan posisi pelaku. Sebagai orang yang paling dekat dengan bom, serpihan pelaku akan terlontar lebih jauh dibanding serpihan korban.

Teori yang dikembangkan tim Hera bersama Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri ternyata betul. Jaringan tubuh yang berasal dari tempat-tempat terjauh memiliki profil DNA yang sama. Hasil ini kemudian dibandingkan dengan profil DNA keluarga dekat yang dicurigai. Kurang dari dua minggu, tim gabungan Eijkman-Polri berhasil mengidentifikasi pelakunya. Disebut Disaster Perpetrator Identification (DPI), teknik ini melengkapi Disaster Victim Identification (DVI) yang biasa digunakan untuk identifikasi korban bencana massal.

Penelitian mengenai genetika manusia Indonesia dengan fokus keragaman genetik terkait dengan penyebaran penyakit memang salah satu kegiatan Lembaga Eijkman. Demikianlah, suatu penelitian dasar telah menunjukkan fungsinya sebagai penunjang kepentingan terapan. Database genom populasi tidak sekadar menguak kejahatan. Variasi DNA bisa menunjukkan struktur kekerabatan populasi, pola migrasi, hingga penyakitnya.


Penelitian DNA Madagascar dan Indonesia

Dr. Herawati Sudoyo beserta dengan Murray P. Cox, Michael G. Nelson (Selandia Baru), Meryanne K. Tumonggor (Arizona), Francois-X. Ricaut (Prancis) menyimpulkan bahwa nenek moyang penduduk Madagaskar adalah orang Indonesia. Studi yang dilakukan sejak tahun 2005 tersebut, dilakukan dengan melakukan pencocokan DNA. 2.745 sampel penduduk Indonesia yang berasal dari 12 pulau yaitu Sumatera, Nias, Mentawai, Jawa, Bali, Sulawesi, Sumba, Flores, Lembata, Alor, Pantar dan Timor, dicocokkan dengan 266 sampel penduduk Madagaskar. Sampel DNA penduduk Madagaskar berasal dari tiga kelompok besar etnik yang dibedakan berdasarkan budaya dan tempat tinggal, yaitu: Mikea (pemburu), Vezo (nelayan), dan Merina (dataran tinggi). Marka genetik yang digunakan adalah DNA mitokondria, kromosom Y. Kami mengambil sampel darah dari penduduk Indonesia dan Madagaskar. Hasil penelitian tersebut menunjukkan, dari 2.745 sampel DNA Indonesia, 45 orang membawa motif Malagasi. Di mana motif tersebut terdapat pada 58 sampel dari 226 total sampel penduduk Madagaskar. Hasil uji DNA ini membuktikan adanya hubungan darah antara penduduk Madagaskar dan Indonesia. Hasil pemetaan genetik di Indonesia terdahulu, memperlihatkan gambaran sejajar antara penyebaran bahasa dengan penyebaran variasi genetik.


Pendidikan
  • S-1 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) (1977)
  • S-2 Fakultas Pascasarjana UI (1985)
  • S-3 Departemen Biochemistry Monash University,1990

Karier
  • Staf Pengajar Bagian Biologi FK-UI (1978-sekarang)
  • Pendiri Lembaga Biologi Molekuler Eijikman (1993)
  • Ketua Tim Unit Identifikasi DNA Forensik Lembaga Eijkman (2004-sekarang)
  • Staf Pengajar PTIK, program Pascasarjana Universitas Hasanuddin dan Universitas Diponegoro (2005, 2006, 2007-sekarang)

Penghargaan
  • Habibie Award (2008)
  • Australian Alumni Award of Scientific and Research Inovation (2008)
  • Wing Kehormatan Kedokteran Kepolisian (2007)
  • Penerima Riset Unggulan Terpadu (1993-1996)
  • Thrid Word Academy of Science Award (1992)
  • Toray Foundation Research Award (1991-1992)
Sumber: Wikipedia