Google Glass Explorer Edition |
Leonardo Da Vinci adalah seorang penemu abad 15. Ia adalah arsitek, musisi, penulis, pematung, dan pelukis Renaisans Italia. Ia digambarkan sebagai arketipe "manusia renaisans" dan sebagai genius universal.
Leonardo terkenal karena lukisannya yang piawai, seperti Jamuan Terakhir dan Mona Lisa. Ia juga dikenal karena mendesain banyak ciptaan yang mengantisipasi teknologi modern tetapi jarang dibuat semasa hidupnya, sebagai contoh ide-idenya tentang tank dan mobil yang dituangkannya lewat gambar-gambar dwiwarna. Selain itu, ia juga turut memajukan ilmu anatomi, astronomi, dan teknik sipil bahkan kuliner.
Dikutip dari Mashable (2/4), Dr Burt Wilde dari University of Illinois, Chicago, Amerika Serikat, menjelaskan bahwa konsep yang dimiliki oleh Da Vinci saat itu memang belum sepenuhnya sempurna. Namun ada bukti kongkrit berupa gambar rancangan yaitu teks catatan yang ditulis oleh Da Vinci sendiri.
Dalam penelitiannya, Wilde telah melakukan riset yang sudah dilakukan selama tiga tahun terakhir pada temuan-temuan Da Vinci. Menurut Wilde, saat itu Da Vinci mempunyai konsep kacamata yang diberi nama Occhiovita Immagine atau bisa diartikan sebagai Eye Life Picture.
Kacamata yang dirancang oleh Da Vinci ini memang bukan seperti kacamata yang pada umumnya. Rancangan seniman asli Italia ini hanya monocle atau satu mata. Kemiripan desain kacamata Da Vinci dengan Google Glass ini belum pernah diprediksikan oleh siapapun sebelumnya. "Siapa sangka bahwa ternyata catatan Da Vinci ini sangat luar biasa," lanjut Wilde.
Google Glass
Google Glass adalah komputer bisa pakai yang sedang dikembangkan oleh Google melalui proyek riset dan pengembangan Project Glass. Perangkat ini menampilkan informasi dalam format bergaya telepon pintar, yang bisa terhubung ke Internet melalui perintah suara bahasa alami.
Saat ini, kacamata yang diproduksi tidak memiliki lensa terpasang, namun Google sedang mempertimbangkan kemitraan dengan produsen kacamata seperti Ray-Ban atau Warby Parker, serta dengan para pengecer, agar konsumen bisa mencoba perangkat sebelum membelinya.
Explorer Edition tidak bisa digunakan oleh orang-orang yang memakai kacamata resep, namun Google telah mengonfirmasi bahwa mereka akan berupaya agar Glass bisa beroperasi dengan lensa yang sesuai dengan resep pemakainya.
Google Glass sedang dikembangkan oleh Google X, yang sebelumnya juga telah mengembangkan teknologi futuristis lainnya seperti mobil swatantra. Proyek ini diumumkan melalui Google+ oleh kepala Project Glass, Babak Parviz, seorang teknisi lensa kontak; Steve Lee, seorang manajer produk dan "spesialis geolokasi"; dan Sebastian Thrun, pengembang Udacity yang juga ikut mengembangkan proyek mobil swatantra. Google telah mematenkan desain Project Glass.Thad Starner, seorang pakar teknologi realitas tertambah, adalah pemimpin teknis proyek ini.