Ilustrasi LED Biru |
Ilmuwan yang meraih Nobel tersebut adalah:
- Isamu Akasaki dari Nagoya University
- Hiroshi Amano dari Nagoya University
- Shuji Nakamura dari University of California di Santa Barbara.
Penemuan yang menghantarkan tiga ilmuwan itu meraih nobel adalah Light Emitting Diode (LED) biru yang merupakan sumber cahaya baru. Dengan LED biru, cahaya putih bisa diciptakan dengan cara baru yang lebih hemat energi.
Dilansir dari situs Penghargaan Nobel, panitia nobel menyatakan bahwa inovasi LED biru ini "memicu transformasi fundamental dalam teknologi penerangan." Diode merah dan hijau sudah ada sejak lama tapi tanpa LED biru, cahaya putih tak bisa tercipta.
Panitia nobel menyatakan, "Mereka sukses ketika yang lainnya gagal, Temuan mereka revolusioner. Lampu pijar menerangi kita pada abad ke-20, abad ke-21 diterangi oleh LED."
Lewat riset terpisah Akasaki, Amano, dan Nakamura menemukan LED biru pada awal era 1990-an. Inovasi mereka terus disempurnakan sehingga menghasilkan lampu LED yang kini makin efisien.
Versi terbaru lampu dengan teknologi LED biru saat ini mampu menghasilkan penerangan 300 luminasi/Watt. Terang yang dihasilkan oleh lampu itu setara dengan 16 lampu pijar dan 70 lampu fluorensens.
Dengan seperempat konsumsi listrik dunia bertujuan untuk memenuhi kebutuhan penerangan, maka inovasi ketiga penerima nobel ini berguna untuk menghemat sumber energi yang dipakai untuk membangkitkan listrik.
Konsumsi material untuk lampu LED biru juga lebih sedikit. Sebabnya, lampu LED biru bisa bertahan hingga 100.000 jam sementara lampu pijar hanya 1.000 jam dan lampu fluorensens 10.000 jam.
Lampu LED biru memberi kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup 1,5 juta orang di dunia yang hingga kini belum terjangkau penerangan. Mereka kini bisa memanfaatkan solar panel mini dengan produksi listrik kecil untuk menerangi lingkungannya. (Sumber: Kompas.com)