Beranda · Teknologi · Olahraga · Entertainment · Gaya Hidup

Eko Supriyanto - Pemilik 14 Paten Rekayasa Biomedis

Professor Dr.-Ing. Eko Supriyanto
Professor Dr.-Ing. Eko Supriyanto
Sumber gambar: UTM
Prof. Dr. Ing Eko Supriyanto adalah alumnus S1 Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung dan S3 Universitas Angkatan Bersenjata Jerman di Hamburg.  Ketertarikannya pada tubuh manusia dan pengetahuannya akan pengobatan membuatnya berhasrat menggabungkan bidang elektronika yang dipelajarinya dengan pengobatan.

Kiprahnya dalam bidang rekayasa biomedis di negeri jiran Malaysia telah membuatnya meraih 14 hak paten, terkait dengan produk rekayasa biomedis yang ditekuninya. Kini ia pun dipercaya duduk sebagai Ketua Jurusan Sains Klinikal Universitas Teknologi Malaysia.


Pendidikan dan Karir

Eko Supriyanto memperoleh gelar profesor dari Universitas Teknologi Malaysia (UTM) pada umur 33 tahun. Saat ini dia menjabat sebagai Direktur Pusat Penelitian Jantung Nasional dibawah kerjasama antara UTM dan Institut Jantung Negara Malaysia.

Sebelum ini dia adalah Ketua Jurusan Sains Klinikal UTM. Hingga akhir 2014 dia telah mempublikasikan lebih dari 150 makalah dalam jurnal internasional dibidang sains, teknologi dan kedokteran. Lebih dari 21 paten telah didaftarkan dia dari hasil-hasil penemuan dia selama di Malaysia. Diantaranya adalah Smart Doll, USG untuk bidan, Smart Mobile Telemedicine, Alzheimer Early Detector, dan Cervical Cancer Early Detector.

Karena pencapaian dia, hingga saat ini dia telah mendapatkan 35 penghargaan internasional diantaranya adalah Best of The Best Malaysia Innovator Award, The Most Creative Invention Award from Thailand, and Special Award from Korea.

Selain aktif dalam penelitian teknologi kedokteran, dia juga aktif dalam berbagai organisasi dan kegiatan professional. Saat ini dia menjabat sebagai Direktur Pusat Studi Pembangunan Nusantara. Dalam posisi ini dia aktif menjadi konsultan beberapa Kepala Daerah di Indonesia. Sejak tahun 2013 dia merupakan Professor Tamu di Fakultas Kedokteran UNPAD. Dia juga Professor tamu di Universitas Teknologi Ilmenau, Jerman. Selain sebagai guru besar dan konsultan, dia juga aktif menjadi direktur di beberapa perusahaan di Malaysia, Indonesia dan Jerman.


Penemuan

Smart Doll

Bidang rekayasa biomedis yang ditekuninya merupakan paduan elektronika dan kedokteran, berperan dalam menghasilkan alat-alat pembantu diagnosis. Salah satu produknya disebut Smart Doll. Sesuai namanya, alat tersebut adalah boneka pintar karena tidak hanya buat mainan.

Boneka yang bernama Elissa ini bisa menguji kemampuan anak-anak balita, terutama bisa berfungsi bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Elissa bisa menguji kemampuan kognitif, psikomotorik, sosio emosional, bahasa dan wilayah lain yang menjadi standar dalam menganalisa perkembangan anak.

Dilengkapi dengan berbagai sensor, alat ini akan mendeteksi ketika anak mulai mendekati dan berbicara. Setelah mendeteksi, alat akan mengeluarkan hasil analisa dan program atau semacam kurikulum untuk memandu training anak tersebut selama seminggu ke depan. Semua bertujuan agar kehidupan anak lebih baik.

Alat ini juga bisa menyanyikan lagu yang disukai anak-anak dan mendongengkan sebuah cerita. Sistem di dalam boneka ini telah diprogram untuk menyimpan beberapa lagu dan dongeng populer. Alat yang ditujukan untuk membantu orangtua dan dokter mengenal anak ini dinamakan Eko berdasarkan nama putrinya sendiri.

Sekarang, alat telah dikembangkan dan dipakai oleh beberapa rumah sakit dan taman kanak kanak yang ada di Malaysia. Sebelumnya, boneka pintar ini tampil dalam rupa Teddy Bear, namun kini tengah dikembangkan bentuk lain sesuai dengan favorit anak-anak.


Telemedicine Smart Medical Wireless Interface

Selain boneka pintar, Eko juga mengembangkan Telemedicine Smart Medical Wireless Interface. Perangkat tersebut didesain untuk meminimalisasi biaya pengadaan alat dengan memungkinkan alat terkoneksi internet sehingga dokter bisa menganalisa dari jarak jauh.

Dalam merancang setiap peralatannnya, Eko selalu berpegang teguh pada tiga hal, lebih murah, lebih cepat, dan lebih aman. Hal itu dijadikan prinsip sebab menurutnya teknologi diagnosis yang berdasarkan rekayasa biomedis haruslah aman dan bisa dijangkau masyarakat luas.


Sumber:
Pemilik 14 Paten Rekayasa Biomedis
Eko Supriyanto