Masjid Shah di Iran |
Biografi
Al-Tabari lahir pada tahun 838 M, berasal dari keturunan Yahudi Persia yang menganut aliran Zoroaster. Nama belakang al-Tabari adalah kenangan bahwa dia keturunan Yahudi yang berasal dari Merv di Tabaristan.
Ia lahir dari keluarga ilmuwan. Ayahnya, Sahl Ibnu Bishr adalah ahli pengobatan, astrolog dan ahli matematika yang terkenal. Dia tergolong keluarga bangsawan dan orang-orang di sekitar memanggilnya Raban yang artinya pemimpin kami.
Sang ayah adalah guru pertama bagi al-Tabari. Dari ayahnya, ia mempelajari ilmu pengobatan dan kaligrafi. Sebagai seorang pemuda yang cerdas, Ali juga sangat mahir berbahasa Suriah dan Yunani. Nama besarnya dicatat dan diabadikan dalam karya muridnya Muhammad Ibnu Zakariya al-Razi alias Rhazes, fisikawan agung.
Al-Tabari lalu mengabdi di istana khalifah Dinasti Abbasiyah hingga kepemimpinan al-Mutawakkil (847-861). Diperkirakan saat itulah, dia memutuskan hijrah ke dunia Islam pada saat Khalifah Abbasiyah, Al-Mu'tasim (833-842) berkuasa.
Pencetus terapi penyakit jiwa
Dunia psikologi Islam mengenal Al-Tabari sebagai pencetus terapi penyakit jiwa. Selain dikenal sebagai seorang psikolog, ia juga menguasai ilmu lain yakni, fisika dan kedokteran. Namanya tetap dikenang berkat karya-karya tulisnya yang sangat berpengaruh. Lewat kitab Firdous al-Hikmah yang di tulisnya pada abad ke-9 M, dia telah mengembangkan psikoterapi untuk menyembuhkan pasien yang mengalami gangguan jiwa. Al-Tabari menekankan kuatnya hubungan antara psikologi dengan kedokteran. Ia berpendapat, untuk mengobati pasien gangguan jiwa membutuhkan konseling dan dan psikoterapi.
Al-Tabari menjelaskan, pasien kerap kali mengalami sakit karena imajinasi atau keyakinan yang sesat. Untuk mengobatinya, kata al-Tabari, dapat dilakukan melalui "konseling bijak". Terapi ini bisa dilakukan oleh seorang dokter yang cerdas
dan punya humor yang tinggi. Caranya dengan membangkitkan kembali kepercayaan
diri pasiennya. Pemikirannya di abad ke-9 M ternyata masih relevan hingga sekarang.
Al-Tabari dinilai muridnya sebagai seorang guru yang berdedikasi tinggi. Tak heran, jika murid-muridnya juga meraih ke suksesan seperti dirinya, salah satunya al-Razi.
Ia mengajari al-Razi ilmu pengobatan saat menetap di wilayah Rai. Lalu dia hijrah ke Samarra dan menjadi sekretarisnya Mazyar ibnu Marin. Meski begitu, ia kalah pamor dibanding, muridnya al-Razi.
Kitab Firdous al-Hikmah
Kitab "Firdous al-Hikmah" atau (Paradise of Wisdom) merupakan adikarya sang
psikolog. Ia menghasilkan karya pertamanya dalam bidang pengobatan. Dia merupakan orang pertama yang mengusung ilmu kesehatan anak-anak dan bidang pertumbuhan anak, ujar Amber Haque dalam bukunya berjudul Psychology from
Islamic Perspec tive: Contributions of Early Muslim Scholars and Challenges to
Contemporary Muslim Psychologists.
Kitabnya yang monumental itu juga diterjemahkannya ke dalam bahasa Suriah. Al-Tabari memiliki dua kompilasi untuk karya nya yang dinamakan Deen-al-Doulat dan al-Sehhat. Adikarya sang ilmuwan itu bisa ditemukan di perpustakaan Universitas Oxford, Inggris. Al-Tabari tutup usia pada tahun 870 M, namun namanya hingga kini tetap abadi.
Firdous al-Hikmah berisi tentang sistem pengobatan yang dibuat dalam tujuh bagian. Buku yang ditulis dalam bahasa Arab ini disebut juga Al-Kunnash. Buku ini dikategorikan sebagai ensiklopedia kedokteran dan dibuat dalam tujuh volume dan
30 bagian, dengan total 360 bab.
Dalam kitabnya itu, al-Tabari membagi ilmu pengobatan dalam beberapa bagian, antara lain: ilmu kesehatan anak dan pertumbuhan anak serta psikologi dan psikoterapi. Di bagian pengobatan dan psikoterapi, al-Tabari menekankan kekuatan antara psikologi dan pengobatan, dan kebutuhan psikoterapi dan konseling pada pelayanan pengobatan pasien. Ia juga menerjemahkan buku ini ke dalam bahasa Syria untuk memperluas informasi ini sekaligus penggunaannya. Informasi dalam buku Firdous al-Hikmah ini tidak pernah masuk ke lingkaran pengetahuan dunia barat karena tidak pernah diterjamahkan dan diedit, baru pada abad ke 20 dikenal di dunia barat, ketika Mohammed Zubair Siddiqui berusaha mengedit sekaligus membaginya dalam lima bagian kecil.
Menurut Amber Haque, al-Tabari menuliskan dalam risalahnya, untuk mengobati pasien gangguan jiwa membutuhkan konseling dan dan psikoterapi. Ia melakukan pendekatan terhadap pasien dengan bantuan konseling, atau mencoba pasiennya mengungkapkan isi hati serta perasaan yang menggangu. Ia juga mengajarkan agar para dokter, memberikan perhatian, tidak hanya dalam bentuk pengobatan, namun juga dalam bentuk berdialog. Inilah upaya yang diyakini Ali akan membantu suksesnya sebuah pengobatan.
Kitab El-Mansuri dan Al-Hawi
Pemikirannya dalam bidang psikologi banyak mempengaruhi al-Razi. Melalui kitabnya El-Mansuri dan Al-Hawi, al-Razi juga berhasil mengungkapkan definisi symptoms (gejala) dan perawatannya untuk menangani sakit mental dan masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan mental. Al-Razi juga tercatat sebagai dokter atau psikolog pertama yang membuka ruang psikiatri di sebuah rumah sakit di Kota Baghdad.
Pemikir Muslim lainnya di masa ke emasan Islam yang turut menyumbangkan pemikirannya untuk pengobatan penyakit ke jiwaan adalah Al-Farabi. Ilmuwan termasyhur ini secara khusus menulis risalah terkait psikologi sosial dan berhubungan dengan studi kesadaran.
Hingga kini, sebanyak lima karya al-Tabari masih tetap tersimpan di perpustakaan. Dr Mohammed Zubair Siddiqui telah membandingkan dan mengedit manuskrip karya al-Tabari. Dalam kata pengantarnya, Siddiqui mengaku sangat kagum dengan karya sang ilmuwan dari abad ke-9 M itu. Menurut dia, buah pikir al-Tabari sungguh sangat berguna.
Alquran di Mata Al-Tabari
Ali bin Rabban al-Tabari awalnya adalah penganut Zoroaster. Ia lalu memutuskan untuk masuk Islam, karena begitu kagum dengan Alquran. Sang psikolog
terkemuka itu mengaku tidak pernah menemukan tulisan maupun bahasa yang lebih
hebat dan sempurna dari Alquran.
Pengakuan al-Tabari terhadap kehebatan Alquran itu dikutip MSM Saifullah dalam karyanya bertajuk Topics Relating to The Qur'an: I'jaz, Grammarians & Jews. "Apa yang dikatakan Quran itu adalah benar. Kenyataannya adalah saya tidak menemukan satu buku pun dalam bahasa Arab dan Persia serta dalam bahasa India atau Yunani yang sempurna seperti Alquran," tuturnya.
Karyanya:
- Firdous al-Hikmah (Paradise of Wisdom)
- Tuhfat al-Muluk (The King's Present)
- Hafzh al-Sihhah (The Proper Care of Health), mengikuti pengarang Yunani dan Indian.
- Kitab al-Ruqa (Book of Magic or Amulets)
- Kitab fi al-hijamah (Treatise on Cupping)
- Kitab fi Tartib al-'Ardhiyah (Treatise on the Preparation of Food)
Referensi:
- Elizabeth Diana Dewi, staf Direktorat Timur Tengah Deplu
- en.wikipedia.org, "Ali bin Sahl Rabban al-Tabari"