Di Indonesia, gerobak dapat ditarik oleh sapi, dan dikenal dengan nama pedati atau "cikar". Sapi yang menarik gerobak tersebut disebut dengan "sapi pajikaran".
Pada zaman Hindia Belanda, gerobak sapi dikenali dengan nama "oxencar", sedangkan kusir gerobak sapi dikenal dengan nama "bajingan". Gerobak sapi umum digunakan oleh penduduk setempat untuk mengangkut hasil pertanian dari satu daerah ke daerah lain.
Cikar adalah alat transportasi darat tradisional dari Indonesia. Cikar banyak dijumpai di daerah-daerah seperti Pulau Sumatera, Pulau Jawa dan Lombok.
Berbeda dengan delman atau dokar, cikar pada umumnya ditarik oleh dua ekor sapi dan dipergunakan untuk angkutan yang memuat barang, berupa hasil bumi atau orang. Walau saat ini sudah sulit untuk ditemui, namun bagi beberapa orang, terutama di pedesaan, cikar masih digunakan sebagai alat transportasi untuk mengangkut hasil bumi, terutama di daerah-daerah yang sulit dilalui oleh kendaraan/ truk, karena kondisi alam yang terjal dan bebatuan. (Wikipedia)
Pada zaman Hindia Belanda, gerobak sapi dikenali dengan nama "oxencar", sedangkan kusir gerobak sapi dikenal dengan nama "bajingan". Gerobak sapi umum digunakan oleh penduduk setempat untuk mengangkut hasil pertanian dari satu daerah ke daerah lain.
Cikar adalah alat transportasi darat tradisional dari Indonesia. Cikar banyak dijumpai di daerah-daerah seperti Pulau Sumatera, Pulau Jawa dan Lombok.
Berbeda dengan delman atau dokar, cikar pada umumnya ditarik oleh dua ekor sapi dan dipergunakan untuk angkutan yang memuat barang, berupa hasil bumi atau orang. Walau saat ini sudah sulit untuk ditemui, namun bagi beberapa orang, terutama di pedesaan, cikar masih digunakan sebagai alat transportasi untuk mengangkut hasil bumi, terutama di daerah-daerah yang sulit dilalui oleh kendaraan/ truk, karena kondisi alam yang terjal dan bebatuan. (Wikipedia)