Zaynab Shāhdā binti Ahmad bin Al-Faraj bin Umar Al-Abrī atau lebih dikenal dengan nama Zaynab Shāhdā adalah salah satu kaligrafer yang paling menonjol di abad pertengahan.
Selain seorang kaligrafer, Zaynab juga dikenal sebagai sosok yang berpengetahuan luas dan menguasai cukup banyak bidang ilmu, seperti hadist, syariah, dan sains. Dalam bidang kaligrafi, kompetensinya tidak tanggung-tanggung. Ibn Khallikān, yang dikenal sebagai sejarawan penting era ini, menulis bahwa Zaynab telah menerima pelajaran dan ijazahnya dari para ilmuwan penting di abad ke-5 Hijriah seperti Abu al-Hattāb Nasr bin Ahmad al-Butruvānī dan Abū ‘Abdullāh Hussain bin Ahmad bin Talha an-Niālī. Bahkan sumber lain juga menyebutkan bahwa Muhammad bin ‘Abdul Mālīk, dari sekolah Mesir, adalah gurunya.
Baca: "11 Tokoh Wanita Muslimah yang Terkenal karena Keilmuwannya"
Zainab binti Ahmad merupakan wanita yang memiliki pemahaman yang dalam tentang hadist dan merupakan guru di sekolah hanbali di Damaskus. Beberapa murid didikannya yang ternama adalah al-Tirmidzi, al-Tahawi, Sahih Bukhari dan Shahih Muslim. Beberapa murid lain juga cukup terkenal dalam bidang ilmu pengetahuan, yaitu Ibnu Battuta, Taj Al-Din Al-Subki, dan Al-Dzahabi.
Pada abad ke-14, masih sangat sedikit sekali wanita muslim yang mengenyam sekolah dan memiliki pengetahuan dalam bidang sastra ataupun ilmu pengetahuan. Zainab adalah salah satu nama yang memiliki keunggulan dan terkenal dengan kepandaiannya pada zaman tersebut.
Disamping kaligrafi, ia menghabiskan waktunya untuk belajar sains dan sastra. Zaynab Shāhdā meninggal di Baghdad, saat berusia hampir 100 tahun, pada hari Minggu siang, 13 Muharram, 574 H/1178 M. Ia meninggalkan beberapa karya di Baghdad dan sejumlah madrasah.
Selain seorang kaligrafer, Zaynab juga dikenal sebagai sosok yang berpengetahuan luas dan menguasai cukup banyak bidang ilmu, seperti hadist, syariah, dan sains. Dalam bidang kaligrafi, kompetensinya tidak tanggung-tanggung. Ibn Khallikān, yang dikenal sebagai sejarawan penting era ini, menulis bahwa Zaynab telah menerima pelajaran dan ijazahnya dari para ilmuwan penting di abad ke-5 Hijriah seperti Abu al-Hattāb Nasr bin Ahmad al-Butruvānī dan Abū ‘Abdullāh Hussain bin Ahmad bin Talha an-Niālī. Bahkan sumber lain juga menyebutkan bahwa Muhammad bin ‘Abdul Mālīk, dari sekolah Mesir, adalah gurunya.
Baca: "11 Tokoh Wanita Muslimah yang Terkenal karena Keilmuwannya"
Zainab binti Ahmad merupakan wanita yang memiliki pemahaman yang dalam tentang hadist dan merupakan guru di sekolah hanbali di Damaskus. Beberapa murid didikannya yang ternama adalah al-Tirmidzi, al-Tahawi, Sahih Bukhari dan Shahih Muslim. Beberapa murid lain juga cukup terkenal dalam bidang ilmu pengetahuan, yaitu Ibnu Battuta, Taj Al-Din Al-Subki, dan Al-Dzahabi.
Pada abad ke-14, masih sangat sedikit sekali wanita muslim yang mengenyam sekolah dan memiliki pengetahuan dalam bidang sastra ataupun ilmu pengetahuan. Zainab adalah salah satu nama yang memiliki keunggulan dan terkenal dengan kepandaiannya pada zaman tersebut.
Disamping kaligrafi, ia menghabiskan waktunya untuk belajar sains dan sastra. Zaynab Shāhdā meninggal di Baghdad, saat berusia hampir 100 tahun, pada hari Minggu siang, 13 Muharram, 574 H/1178 M. Ia meninggalkan beberapa karya di Baghdad dan sejumlah madrasah.