Umar Hasan Saputra merupakan ilmuwan yang berhasil menciptakan formula yang diberi nama teknologi pembentukan nutrisi esensial. Penemu ini telah berhasil menciptakan sebuah formula yang diberi nama teknologi pembentukan nutrisi esensial. Formula nutrisi esensial itu sudah dibuktikan mampu meningkatkan produktivitas panen padi di beberapa daerah. Di antaranya sudah dibuktikan di Karawang dan Bantul, Jogja.
Pria Lulusan IPB (Institut Pertanian Bogor) ini menyebut bahwa penemuannya itu tidak hanya bermanfaat bagi tanaman. Tapi, juga bisa dipergunakan untuk kemanfaatan hewan dan manusia. Bagi hewan ternak, bisa membuat lebih sehat. Bagi manusia, selain bisa menjadi lebih sehat, juga bisa lebih langsing dan awet muda.
Prinsipnya, formula nutrisi esensial ciptaan Saputra itu bisa membuat kerja tubuh menjadi enteng. Di dalam tubuh manusia, formula Saputra tersebut bisa membuat kerja sel-sel menjadi lebih ringan. Dengan demikian, metabolisme menjadi lebih baik. Tubuh pun tak perlu lagi menyimpan banyak metabolit (istilah untuk sampah metabolisme).
Saputra melakukan penelitian tentang nutrisi esensial itu sejak 1993 dan baru mendapatkan hasilnya pada 2002. Sementara Jepang baru menemukan (nutrisi esensial) itu tahun 2003. Jepang meyakini, nutrisi esensial berada di dasar laut, di kedalaman sekitar 200 meter. Orang Jepang sering menyebutnya sebagai diamond of deep sea.
Karena diyakini berasal dari dalam laut itulah, para ilmuwan Jepang menyebut nutrisi tersebut sebagai revolusi biru. Sebab, formula itu nanti bisa mengubah wajah dunia menjadi lebih indah. Dulu, ilmu pengetahuan mengenal revolusi hijau. Sebab, revolusi itu berasal dari pertanian. Kalau nutrisi esensial itu, istilahnya revolusi biru karena berasal dari laut.
Diperkirakan dari dalam laut, sejumlah ilmuwan meyakini garam sebagai salah satu bahan nutrisi esensial. Namun, setelah diteliti Saputra, garam saja tidak cukup. Butuh komposisi lain untuk melengkapi nutrisi kehidupan tersebut.
Saputra mengalahkan peneliti lain di belahan bumi. Perjalanan panjang penelitiannya akhirnya menguak misteri bahan-bahan nutrisi paling dicari di jagat ini.
Ternyata, dari hasil penelitian Saputra, mayoritas bahan revolusi biru itu berasal dari daratan. Saputra menyebut pati jagung sebagai salah satu bahan dasar, selain garam. Sari pohon yang biasa diladang itu diolah secara organik. Salah satu bahannya memang pati jagung.
Manajer riset di PT Suba Indah yang memproduksi WSF ini mengatakan, temuannya itu sudah dua tahun ini diujicobakan. Hasilnya sangat memuaskan. Ketika diujikan di ladang pertanian, nutrisi esensial yang sudah dibuat dalam bentuk serbuk dan cair itu mampu membuat produksi tanaman padi meningkat tajam.
Seperti yang sudah diujicobakan di Karawang yang Kamis lalu berhasil dipanen. Di ladang milik para petani itu, formula nutrisi esensial temuan Saputra diujicobakan dengan menerapkan teknologi Water Stimulating Feed (WSF).
Biasanya, petani mengeluarkan sekitar Rp 950 ribu untuk biaya pupuk per hektare. Dengan campuran formula saya, cukup dengan Rp 360 ribu per hektare.
Pupuk batubara karya Direktur Utama PT Bursatani Global Niaga, R Umar Hasan Saputra, resmi diekspor ke Amerika Serikat (AS) pada Rabu (9/2). Pupuk yang diekspor pertama kemarin sebesar 15 ton.
Seperti telah diberitakan sebelumnya, pupuk batubara karya anak bangsa ini telah mendapatkan paten dari pemerintah Amerika Serikat tahun 2020. Produk pupuk batubara mendapatkan pengakuan dari Pemerintah Amerika Serikat, dengan diterbitkannya hak paten dari United States Patent and Trademark Office (USPTO) pada 16 Juni 2020.
Teknologi pupuk batubara yang dikembangkannya saat ini adalah satu-satunya yang berhasil memperoleh hak paten di AS.
Dengan diterbitkannya hak paten tersebut, pupuk batubara dengan merek dagang Glogens Organic Micro-Carbon Fertilizer ini nantinya selain dapat memasuki pasar industri pertanian di AS, juga dapat membuka peluang investasi berupa pendirian pabrik serta memperlancar pemasaran produk pupuk batubara tersebut di tingkat global. Sampai saat ini aplikasinya pada berbagai tanaman terus dicobakan di sana, dan hasilnya sangat positif.
Hasil uji coba penggunaan pupuk batubara yang telah dilakukan Ade cukup mengejutkan. Ternyata terjadi rata-rata kenaikan produksi tandan buah sawit (TBS) sebesar 27 persen.
Pupuk batubara yang di Indonesia bermerek dagang Futura tersebut, dihasilkan dari bahan dasar batubara berkalori rendah yang banyak terdapat di berbagai negara.
Pupuk ini bersifat organik dan eco-friendly karena dapat memperbaiki kondisi tanah serta dapat diproduksi lebih cepat dan masif.
KJRI Chicago Pastikan WNI Aman KJRI Chicago dalam siaran persnya menyebut pupuk batubara ini lebih ekonomis dibandingkan pupuk kimia, serta diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pupuk bagi petani dalam jumlah besar, dalam rangka mendukung terwujudnya ketahanan pangan.
Lebih lanjut Saputra juga menjelaskan, pupuk batubara merupakan hasil pengembangan selama 11 tahun. Pupuk batubara tersebut telah melalui serangkaian uji coba dan telah digunakan berbagai kelompok petani di dalam negeri.
Hasilnya, pupuk batubara tersebut mampu meningkatkan produktivitas hasil panen secara signifikan pada berbagai jenis tanaman pertanian.