Ibnu Miskawaih - Cendekiawan Muslim Ahli Sejarah, Teologi, Ilmu Kedokteran, Filsafat Akhlak
Ibnu Miskawaih lahir di Iran pada tahun 330 H/932 M dan meninggal tahun 421 H/1030 M.Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Maskawaih.
Ibnu Miskawaih melewatkan seluruh masa hidupnya pada masa kekhalifahan Abassiyyah yang berlangsung selama 524 tahun, yaitu dari tahun 132 sampai 654 H /750-1258 M.
Konsep Pemikiran Ibnu Miskawaih
Gayanya yang menyatukan pemikiran abstrak dengan pemikiran praktis membuat pemikirannnya sangat berpengaruh. Terkadang Ibnu Miskawaih hanya menampilkan aspek-aspek kebijakan dari kebudayaan-kebudayaan sebelumnya, terkadang dia hanya menyediakan ulasan praktis tentang tentang masalah-masalah moral yang sulit untuk diuraikan. Filosofinya sangat logis dan menunjukkan koherensi serta konsistensi.
Konsep tentang Tuhan
Bagi Ibnu Miskawaih, Tuhan adalah Zat yang jelas atau tidak jelas; jelas karena Tuhan adalah yang haq (benar), sedang tidak jelas karena kelemahan akal manusia untuk menangkap keberadaan Tuhan serta banyaknya kendala kebendaan yang menutupinya. Tentu saja ketidaksamaan wujud manusia dengan wujud Tuhan menjadi pembatas. Menurutnya, entitas pertama yang memancar dari Tuhan adalah akal aktif, yaitu tanpa perantara sesuatu pun yang bersifat kekal, sempurna, dan tak berubah.
Konsep tentang Akhlak
Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Karakteristik pemikiran Ibnu Miskawaih dalam pendidikan akhlak secara umum dimulai dengan pembahasan tentang akhlak (karakter/watak). Menurutnya watak itu ada yang bersifat alami dan ada watak yang diperoleh melalui kebiasaan atau latihan. Dia berpikir bahwa kedua watak tersebut hakekatnya tidak alami meskipun kita lahir dengan membawa watak masing-masing, namun sebenarnya watak dapat diusahakan melalui pendidikan dan pengajaran.
Konsep tentang Manusia
Pemikiran Ibnu Miskawaih tentang manusia tidak jauh berbeda dengan para filosof lain. Menurutnya di dalam diri manusia terdapat tiga daya, yakni daya nafsu (al-nafs al-bahimiyyat) sebagai daya paling rendah, daya berani (al-nafs al-sabu'iyyat sebagai daya pertengahan, dan daya berpikir (al-nafs al-nathiqah)sebagai daya tertinggi. Dia sering menggabungkan aspek-aspek Plato, Aristoteles, Phytagoras, Galen, dan pemikir lain yang telah dipengaruhi filosofi Yunani. Namun ini bukanlah suatu penjarahan budaya,melainkan usaha kreatif menggunakan pendekatan-pendekatan berbeda ini untuk menjelaskan masalah-masalah penting.
Karya-karya Ibnu Miskawaih
- Tahdzibul achlaq wa tathhirul a'raaq merupakan karya terkenal milik Ibnu Miskawaih.
- Tartib as Sa'adah, buku ini berisi tentang akhlak dan politik.
- Al Musthafa (syair pilihan)
- Jawidan Khirad (kumpulan ungkapan bijak)
- As Syaribah (tentang minuman).
Dalam bidang sejarah, karyanya Tajarib Al-Umam (pengalaman bangsa-bangsa) menjadi acuan sejarah dunia hingga tahun 369 H. Karya-karya Ibnu Miskawaih dalam bidang etika dinilai jauh lebih penting daripada karya-karyanya dalam bidang metafisika. Bukunya Taharat Al A'raq (Purity of Desposition), yang lebih dikenal dengan nama Tahdhib Al Akhlaq ( Cultivation of Morals), menjelaskan tentang jalan untuk meraih kestabilan akhlak yang tepat dalam perilaku yang teratur dan sistematis. (Wikipedia)