Biodata Robert Manurung - Penemu Minyak Jarak Murni

Robert Manurung adalah lulusan S-1 Teknik Kima ITB, S2-nya di Technology Asian Institute of Technology (Bangkok) dan S-3 di Rijksuniversiteit Groningen (RuG, Belanda). Beliau dikenal sebagai penemu minyak jarak murni.

Biodata Robert Manurung - Penemu Minyak Jarak Murni

Biografi

Robert Manurung lahir di Lumban bolu, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, pada tahun 1954 dan memiliki 11 saudara. Ayahnya adalah Kepala Dinas Kesehatan, dan Ibunya adalah seorang bidan sekaligus menekuni bisnis pertanian.

Saat masih duduk di bangku sekolah dasar Robert membuat sabun dari lateks dan debu kayu dan ketika dia masih di SMP memproses minyak dari nilam (patchouli). Diapun mampu mengurus peternakan ayam, membuat kolam ikan yang besar.

Pada tahun 1970 Robert melanjutkan sekolah SMA di Bandung. Kemudian melanjutkan S-1 Teknik Kima ITB.  Lalu dia melanjutkan  S2-nya di Technology Asian Institute of Technology (Bangkok) dan S-3 di Rijksuniversiteit Groningen (RuG, Belanda). Selanjutnya Robert Manurung sempat menjabat Lektor Kepala Departemen Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB).

Pada tahun 1977 Manurung sudah dilibatkan Prof Dr Saswinadi Samojo dalam penelitian bahan bakar yang terbaru yaitu pirolisa sekam padi. Pada saat itu juga ITB berkerja sama dengan TH Twente dan TH Delft, (keduanya dari Belanda), dalam penelitian energi baru dari biomassa melalui proses gasifikasi.

Dalam kerja sama TH Twente & ITB, Prof Dr Ir AACM Beenackers mengunjungi ITB untuk melihat pengembangan gasifikasi sekam padi pada skala kecil. Dalam sebuah desertasi doktor di Jerman dikatakan, karena sifat fisik sekam padi dan kandungan silikanya yang tinggi tidak mungkin gasifikasi dibuat dalam skala kecil.

Di depan tamunya Manurung membuktikan bahwa sekam padi bisa melakukan proses gasifikasi. Dia membuat dan meniru tungku sekam padi dan memodifikasinya dengan menambah penyalur udara dan kompresor. Melalui percobaan tersebut Manurung mendapat biaya penelitian doktor dan dia dipromosikan di Rijksuniversiteit Groningen pada tahun 1993.

“Promosi itu menjadi kenangan indah pertama sebagai peneliti karena yang saya katakan 10 tahun sebelumnya terbukti kebenarannya secara ilmiah dalam desertasi doktor saya," papar Manurung yang langsung mendapat kesempatan melanjutkan penelitian post-doctoral selama setahun di Massachusetts Institute of Technology (MIT) di AS.

Sepulang dari MIT dia terobsesi pada penelitian pirolisis minyak tumbuhan. Dia memilih jatropha karena nilai ekonominya. Ini memiliki banyak keuntungan karena dapat tumbuh di lahan kering dan tidak subur dan dapat menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat miskin yang tinggal di daerah kering. Jatropha juga memiliki kandungan minyak yang tinggi. Ini akan memiliki dampak sosial dan ekonomi yang kuat jika dapat digunakan langsung tanpa modifikasi pada mesin komersial standar.

Penelitiannya pada jarak pagar (Jatropha curcas L) secara teknologi sederhana dan ekonomis memungkinkan minyak jarak dapat  menggantikan solar. Penggunaan jarak sebagai substitusi solar sangat memungkinkan. Bahkan, tidak seperti yang selama ini dinyatakan Pemerintah, yaitu mencampur dengan solar, sesungguhnya minyak jarak murni pun bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan mesin kendaraan. Percobaan ini telah dilakukan melalui Jatropha Expedition 2006 yang melewati rute Atambua, Bali dan berakhir di Jakarta.


Kehidupan pribadi:

Robert Manurung menikah dengan Desi Indira Chaer yang juga lulusan Teknik Kimia ITB. Dari perkawinanya itu mereka mempunyai 3 orang anak Christy Sondang Nauli (8), Efraim Partogi Nahotasi (6), dan Gamaliel Adaran Nadiuarihon (4).


Penemuan Minyak Jarak Murni

Saat tinggal di Lembang, Jawa Barat Pak Robert, begitu ia akrab disapa oleh para staf di Pusat Penelitian Bioteknologi Institut Teknologi Bandung (ITB) dan rekan sejawat, telah meneliti tanaman jarak pagar sejak 1997.

Pak Robert merasa tertantang oleh salah satu pertanyaan: Mungkinkah memakai jarak sebagai pengganti solar tanpa mencampurnya dengan metanol? Setiap tetes minyak yang diperas dari biji pohon jarak pagar dan akan digunakan sebagai pengganti bahan bakar mesin diesel, mesti dicampur dengan metanol.

Penyebabnya adalah kombinasi antara kadar asam lemak bebas (Free Fatty Acid/FFA) yang terbilang tinggi pada minyak jarak hingga sekitar satu persen volume dengan kadar airnya yang sekitar 700 ppm. Metanol telah digunakan sebagai satu-satunya penghilang FFA dan pengubah trigliserida menjadi metil ester, atau termasuk biodiesel.

Proses penambahan metanol yang lebih dikenal dengan istilah esterifikasi ini juga mengubah viskositas minyak jarak menjadi lebih encer, sehingga lebih mudah terbakar. Penambahan metanol untuk menghilangkan FFA pada pengolahan minyak dari biji jarak pagar turut menghilangkan banyak sekali keunggulan jarak.

Selain menjadi bergantung pada zat tambahan, “juga mesti ada peralatan tersendiri dan menyebabkan setiap produsen minyak jarak mesti selalu menyediakan metanol.

Tentunya ini memperpanjang proses pengolahan minyak jarak, dan harga jual minyaknya pun bertambah mahal dengan sendirinya,” tutur Pak Robert, “selain itu, emisi metanol juga berbahaya.”Pada akhirnya, hilanglah inti keutamaan minyak jarak pagar: Murah, mudah dibuat, dan bebas dari polutan berbahaya.

Pada pertengahan tahun 2003, Pak Robert dan tim dari Pusat Penelitian Bioteknologi ITB berhasil membuat alat yang bisa memisahkan FFA dan menekan kandungan air dalam minyak jarak pagar sampai ambang batas minimal, untuk digunakan pada mesin-mesin statis (mesin diesel industri), tanpa penambahan zat apapun ke dalamnya.

Pak Robert memberi nama penemuannya Pure Jatropha Oil (minyak jarak murni). Mesin-mesin dinamis cenderung bekerja pada kondisi ekstrem dan karenanya menjadi lebih peka. Untuk kebutuhan itu, Pak Robert dan timnya menyempurnakan Pure Jatropha Oil, kurang dari setahun.

Kini minyak jarak murni hasil olahannya berkandungan FFA hanya 0,3 persen dengan kadar air sampai serendah 70 ppm. Terendah di dunia, dan tanpa penambahan zat apapun.


Sumber:

  • https://wacaberita.com/biodata-robert-manurung-penemu-minyak-jarak-murni/
  • http://biografirobertmanurungminyakjarak.blogspot.com/
  • Harian Kompas, 12 Mei 2005
  • Harian Bali Post, 18 Juli 2006.