Mulyoto Pangestu - Penemu Teknik Pengeringan dan Pembekuan Sperma

Mulyoto Pangestu
Mulyoto Pangestu. [sumber: www.youtube.com]
Dr. Mulyoto Pangestu adalah ilmuwan Indonesia. Mulyoto lahir11 November 1963 di Pekalongan dan dibesarkan di Tegal, Jawa Tengah. Ia telah berhasil menemukan evaporative drying yaitu suatu kemasan penyimpanan sperma kering dan beku yang tidak membutuhkan penanganan khusus dan hasilnya dapat tetap dipakai walaupun telah disimpan bertahun-tahun.


Pendidikan dan karier

Masa TK sampai SMA dihabiskan di Tegal. Mulyoto Pangestu adalah alumnus SMA Negeri 1 Tegal, Fakultas Peternakan di Universitas Jenderal Soedirman Purwekerto, kemudian melanjutkan pendidikan di School of Agricultural & Forestry di University of Melbourne dan meraih gelar magister dan doktoralnya di Monash University, Australia. Ia adalah staf pengajar di Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi UNSOED, Dr. Mulyoto juga diminta untuk membantu mengajar di Departemen Obstetri & Ginekologi Monash University serta sejumlah universitas lain di Indonesia, seperti Universitas Diponegoro, UNPAD dan UGM. Selain itu, ia juga dikenal melalui penelitian kolaboratifnya di bidang fertilitas dan teknologi reproduksi bersama Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Udayana dan University of Melbourne.

Sebelumnya Mulyoto tertarik dengan reproduksin hewan, namun setelah memasuku S2 ia lebih tertarik dengan reproduksi manusia.


Penemuan Teknik Pembekuan Sperma

Peralatan cold storage untuk menyimpan bahan organis biasanya membutuhkan nitrogen cair sebagai bahan pendingin (coolant). Selain tangkinya mahal dan makan tempat, nitrogen cair sangat berbahaya. Sebab, agar tetap cair, nitrogen jenis ini harus disimpan di bawah suhu minus 196 derajat Celcius.

Inovasi Mulyoto dianggap suatu terobosan spektakuler karena ia telah menemukan cara yang efisien untuk menyimpan sperma menggunakan bahan umum seperti sedotan plastik dan kantong aluminium foil. Dengan biaya 25 sen AS, metode ini dapat menggantikan penggunaan berisiko dan tidak efisien dari nitrogen cair untuk mempertahankan sperma. Pencapaian ini telah menyebabkan karir Mulyoto menanjak baik di Australia, termasuk menjadi dosen di Monash University.

Ini yang membuat Mulyoto mengalahkan ratusan pesaingnya dari berbagai negara Asia Pasifik bahan yang dipakainya amat murah, hanya sekitar Rp 2.500,-. Bahan yang dipakai adalah dua lapis tabung plastik mini (ukuran 0,250 ml dan 0,500 ml) yang disegel dengan panas (heat-sealed), kemudian dibungkus lagi dengan aluminium foil. Kandidat doktor biologi dari Universitas Monash ini menyebut proses pengeringan sperma yang ditemukannya sebagai pengeringan evaporatif (evaporative drying).

Setelah melihat beberapa penelitian lainnya dan hasil studi literatur, akhirnya Mulyoto dan supervisornya, Dr. Jillian Shaw, menyimpulkan bahwa sperma dapat disimpan pada suatu kondisi yang kering dan bebas oksigen. Hasil penemuan Mulyoto adalah kemasan penyimpanan sperma kering dan beku yang tidak membutuhkan penanganan khusus dan hasilnya dapat tetap dipakai walaupun telah disimpan bertahun-tahun.

Memang, sperma hewan yang telah dikeringkan Mulyoto dengan cara ini tidak mampu bergerak lagi (immotile), dan berdasarkan pemeriksaan menggunakan bahan pewarna, diketahui bahwa sperma itu "mati". Agar bisa membuahi sel telur, sel sperma harus disuntikkan ke dalam sel telur. Teknik ini dikenal dengan nama Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) dan sudah banyak digunakan pada pembuatan bayi tabung manusia. Mulyoto sendiri sama sekali tidak mencobakan metodenya untuk sperma manusia karena ethics permit yang dimilikinya hanyalah untuk hewan. Sperma yang sudah dikeringkannya berasal dari mencit (mice), marmoset (sejenis kera), dan juga wombat (binatang asli Australia). Temuan Mulyoto kini sedang dalam proses dipatenkan di Australia. Paten temuan Mulyoto menjadi milik Universitas Monash, namun ia masih akan tercatat sebagai penemunya.


Penghargaan

Pengeringan sperma atau penyimpanan sperma pada suhu ruang, sebenarnya sudah dilaporkan sejak tahun 1970-an. Namun, laporan-laporan tersebut masih terbatas informasinya. Baru pada Juli 1998, Wakayama dan Yanagimachi dari Universitas Hawaii mempublikasikan hasil penemuan mereka pada jurnal Nature Biotechnology, berupa kelahiran anak mencit hasil pembuahan menggunakan sperma kering dan beku (freeze-dried sperm).

Riset Mulyoto Pangestu tentang upaya pembekuan sperma hewan dengan cara sederhana dan murah telah mengantarnya meraih penghargaan tertinggi (Gold Award) dalam kompetisi Young Inventors Awards, yang diadakan majalah The Far Eastern Economic Review (FEER) dan Hewlett Packard Asia Pasifik.

Penelitiannya tentang pelestarian sperma membuat Mulyanto Pangestu memenangkan penghargaan emas sebagai Penemu Award pada tahun 2000, dan menempatkan namanya di daftar peneliti terkemuka internasional.

Penemuan Mulyoto sangat berguna bagi para ilmuwan dan dokter di negara sedang berkembang yang kekurangan biaya untuk mengadakan peralatan pendingin.


Penutup

Saat ini Mulyoto Pangestu sedang mengembangkan metode yang efisien untuk Thawing atau pencairan kembali embrio yang pernah dibekukan/dikeringkan. (berbagai sumber)